Powered By Blogger

Rabu, 27 Februari 2013

Tentang Ayah



Mengikrarkan mimpi di bawah bintang.       

Inikah yang namanya takdir,,?            
    
Diantara banyaknya bintang jatuh, 

Hanya satu harapanku,,

Semoga Ayah menyayangiku -”


kisah ini saya persembahkan untuk seorang yang berarti dalam hidup saya. 

YR. I Love You. so much, and i really really do. 

 

***

~Keluarga adalah tempat aku berlindung, dimana aku menjadi lebih kuat, berarti dan bernilai. Tapi keluargaku?  Terkadang aku merasa hidupku seperti seorang yatim, meski aku masih mempunyai kedua orang tua. Kasih sayang seorang ayah tak pernah menyentuhku. Bukan hati ku yang membatu, tapi ,, ah, - lupakan.

        Namaku Ishaan Awasthi. Aku tinggal di kompleks Perumahan Wisma Asri. Aku memiliki sesosok mama laksana seorang malaikat. Aku adalah seorang sulung, dengan 4 orang adik. Mamaku sebagai house wife, sementara ayahku seorang kepala proyek sebuah perusahaan.
 
Aku seorang mahasiswa semester awal di sebuah universitas swasta. Sebut saja Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Aku mengambil jurusan teknik yang merupakan perintah ayahku. Sebenarnya hati kecilku lebih berpihak untuk mengambil kedokteran. Tapi kau tau? Ayahku akan mengamuk bukan main jika kehendaknya tidak terpenuhi.


***

Sejak kecil, ketika aku melihat teman-teman ku bersama ayah mereka masing-masing, aku selalu merasa iri.

Ketika ayah lain selalu memberi uang jajan kepada anak mereka, ayahku hanya akan menyuruhku untuk membawa bekal masakan mama.

Ketika ayah lain menyisakan waktu luangnya diantara sibuknya pekerjaan untuk sekadar berbagi kasih dengan anak mereka, ayahku tetap selalu berkutat dengan pekerjaanya hingga larut bahkan sering tak pulang rumah. Tak jarang jika kami sering tak bertegur sapa. 

Ketika ayah lain memberi hadiah untuk anak-anaknya saat si anak berulang- tahun, ayahku hanya akan memberi ucapan bisu, bahkan tak mendoakan ku sama sekali. Atau mungkin dia tidak pernah menyadari kapan anaknya dilahirkan ke bumi. Jangan heran, ayahku pun tak menemani mama ketika aku belum terlalu –bahkan tidak, siap merangkai perjalanan hidup. Ayahkku memang brengsek!

Ketika aku mulai mengerti dan merasa bahwa ayahku tak pernah menyayangiku, tak pernah peduli padaku, bahkan tak pernah hadir dalam hidupku, mamaku lah yang selalu mengulurkan bahunya ketika aku terjatuh . Bahunya kecil, tapi aku bisa menangis disana. Semuanya akan terasa mudah dan baik-baik saja. 

Meskipun sebenarnya mamaku juga sedang menahan rapuh yang terpendam. Aku juga belum bisa untuk menjadi kuat seperti mamaku. Mama benar-benar seperti malaikat kiriman Tuhan yang dikirim khusus untukku. Kadang aku heran, mengapa ayahku menyia-nyiakan seorang mama setulus dia? Ayahku b... –lupakan.

aku merindukan kasih mu, ayah..

Aku tidak bodoh. Bahkan aku selalu mendapat nilai tinggi untuk semua pelajaran. Tapi ayah selalu memarahiku. Dia ingin agar aku mendapat nilai lebih tinggi. Betapa tak bersyukurnya ayah. Dia tidak pernah tahu, guru wali kelasku selalu pelit untuk memberikan nilai kepada anak didiknya.

Pernah aku menjuarai Olimpiade Sains tingkat nasional. Tapi, lihat ayah. Ayahku saja tak memujiku. Bahkan dia benar-benar tak menghargai bakatku. Ayahku hanya akan memasang tampang geram melihat anaknya tak benar-benar berbakat dalam bidang teknik. Ayahku memang selalu memaksakan kehendak. 

Saat aku SMP dulu, aku salah naik bus, hingga aku tersesat. Aku ketakutan. Aku menelpon ayah dari telpon umum. Tapi ayah bilang dia terlalu sibuk untuk bicara. Aku takut sekali karena tersesat. Aku sampai dirumah sudah larut malam. Ayahku memukulku tanpa bertanya terlebih dulu. Untung ada mama yang membelaku. Tak heran jika mama juga kena amukan ayah.

Taukah teman? Saat aku benar-benar masuk Universitas tersebut      – sebenarnya aku sudah diterima di UI melalui jalur PMDK, ayah hanya memberiku uang untuk biaya masuk satu semester. Dia tidak tahu kalau aku juga membutuhkan uang untuk praktek-praktek yang juga membutuhkan biaya yang tak sedikit pula. Untuk biaya fotocopy yang bejibun. Uang pulsa, angkutan umum. 

~ Yah angkutan umum. Ayahku tidak akan pernah mengizinkanku memakai motornya. Meski pun sedang menganggur tak terpakai. Padahal dirumah ada 4 motor tak digunakan. Pernah aku diberi izin untuk memakai motornya. Itu pun untuk menjemput adikku yang nomor 5 (Dewa Hanana) pulang sekolah. Saat itulah nyawaku hampir melayang. Aku hampir terserempet truk ugal-ugalan. Untung motor pinjaman dari ayah tidak lecet parah. 

Sampai ku dirumah, ayahku marah bukan main melihat motornya sedikit lecet. Aku pernah  4 kali hampir mati gara-gara motor pinjaman dari ayah -mungkin karena faktor tidak ikhlas. Ayahku tak pernah memikirkan nyawa anaknya. Yang penting motornya tidak lecet. Itu saja. 

Kembali pada uang ku yang sangat terbatas. Tak mungkin aku meminta uang saku pada mama yang berprofesi sebagai house wife. Hingga aku harus menggunakan otak dagangku di kampus. Bayangkan saja, aku harus berjualan pulsa, mengerjakan tugas teman, bahkan berjualan nasi uduk pun aku lakukan. Pernah aku hanya mendapat untung Rp. 2000 perak seharian penuh. Tak ada jalan lain aku tak akan lulus skripsi jika tidak melakukan bisnis ini. Atau mungkin aku sudah kena DO dari awal. Hal tersebut sangat mengganggu studyku.
Taukah teman? Tekanan akan rasa malu dan minderku didepan  teman-teman selalu saja mencuat, saat aku berjualan nasi uduk buatan mama di kampus. Bayangkan saja. Dibalik tajirnya teman-temanku, disana ada kontrasnya sesosok Ishaan Awasthi penjual nasi uduk anak seorang kepala proyek. 

 Sering aku ditraktirkan oleh teman-teman ku di kantin, -karena tajirnya teman-temanku pula. Hingga mereka memintaku untuk gantian mentraktir, dengan alasan ayahku yang seorang kepala proyek dengan gaji pokok yang tak sedikit. Hmm.. aku harus menolaknya dengan berbagai alasan rumit. Padahal, aku saja harus menahan bebanku sendirian, mana mungkin aku menghamburkan uang dengan mentraktir mereka? Tak banyak hal yang kulakukan selama masa kuliahku.


***
dan aku benar-benar mencintai ayah... andai dia tau,

Alhamdulillah, setelah studyku selama + 4 tahun, Allah memudahkanku, skripsiku tuntas dalam waktu 1 bulan. Bahkan aku mendapat kategori A. Ini pun berkat dukungan mama pula. Tak hanya itu, aku juga memperoleh IP 3,8. Ayahku hanya akan menutup mata. Pura-pura tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Aku pun langsung ditawari pekerjaan di sebuah perusahaan bank swasta sebagai costumer service. Meski belum menjadi pegawai tetap, aku sudah termasuk beruntung. Tapi, lihat ayahku. Dia tak akan pernah rela anaknya masuk ke bank itu. Maklum, gajinya tidak terlampau banyak. Dia hanya berpikir agar aku segera mendapat gaji banyak dan membiayai sekolah adik-adikku serta menghidupi keluargaku.

Dia hanya menutup mata melihat anak-anaknya terlampau kurus. Tak layak di kategorikan sehat. Bahkan, lihat dia. Hp nya saja lebih dari selusin. Dasar pemboros! Hatiku terlalu capai melihat tingkah lakunya yang tak wajar. Bahkan mama hanya diam –mungkin takut. Begitu pula aku. Aku bingung bagaimana cara membuat ayahku agar bahagia.

Suatu hari ketika aku berangkat ke kantor untuk melaksanakan tugas seperti biasa, tiba-tiba bos memecatku tanpa alasan. Aku hanya menelan ludah. Bahkan tanpa uang pesangon. Bayangkan saja, peluhku selama 26 hari berakhir sia-sia.


Sempat aku bersu’udzon kepada ayah. Bagaimana tidak? Ayahku saja tak mendukungku bekerja disana. Untung saja hobi on line ku begitu membantu. Allah kembali memudahkan jalan hidupku. Aku mendapat job sebuah perusahaan jaringan gsm sebagai operator. Tak heran jika aku sering pulang larut bahkan dini hari, agar jaringan tersebut selalu on.

***

andaikan ayah tau,,,
Pernah saat aku pulang terlalu larut, sehingga harus menunggu bis di halte sendirian. Saat itu waktu menunjukkan pukul 00:15. Mustahil pada waktu seperti ini masih ada bis berkeliaran. Berfikir untuk menelpon taxi saran dari kekasihku, aku tak punya banyak uang untuk membayarnya. Lalu aku menyuruh Yohan–adik ke 2 ku, untuk menjemput ke halte. Adikku saja tak peduli pada kakaknya. Pada teman-temannya saja dijabanin, apalagi kalau ada cewe. Tak mungkin pula aku menyuruh ayahku yang seorang ogois macam dia. Dia pasti akan menutup pendengarannya.

Manusia di dunia ini sampah semua. Mereka akan baik jika ada maunya saja. Buktinya, setelah aku terjatuh begitu dalam seperti ini, tak ada seorang pun yang mau peduli padaku. Bahkan perkataanku saja hanya dianggap seperti lolongan anjing. Busuk mereka!

ake benar benar mau ayah,

Andaikan aku memiliki ayah tak sebrengsek ayahku, mungkin aku tidak akan sesulit ini menjalani hidup. Kembali, ayahku saja tak pernah hadir dalam kehidupan anak-anaknya. Bahkan pada kehidupan mama, istrinya saja tak pernah ada. Mungkin dia punya banyak simpanan. Tak heran, dia lelaki dengan harta melimpah. Begitu kontras dengan kehidupan ku. Dia saja tak peduli bagaimana keadaan keluarganya.

Di dunia ini yang menyayangiku dengan tulus hanya mama dan kekasihku. Tak pernah ada raut pamrih pada guratan wajahnya. Hidupku hanya untuk mereka. Ayahku? Masa bodo! Dia saja tak mengenali anaknya.

Tuhan, andaikan aku boleh memohon, limpahkanlah berkah cintamu kepada keluargaku, sehingga tak ada tersisa tempat untuk rasa benci pada hati kami. Tuhan, berikan yang terbaik kepada mama. Dia adalah malaikat dengan hati yang begitu lembut. Tuhan, andai aku bisa kembali, aku berharap hal yang terjadi padaku ini tidak terjadi pada orang- lain. Biarkan yang mempunyai ayah seperti ayahku hanya aku saja. Agar mereka tak merasakan pahit dan sulitnya hidup seperti jalan hidup yang harus ku lalui. Tuhan, peluk aku sebentar saja, aku lelah.
Aku berandai-andai. Andaikan ayahku akan melakukan seperti yang mama lakukan. Mendoakanku sepanjang waktu, memaafkanku meskipun aku berkali-kali mengecewakannya, menerimaku dalam seburuk apapun keadaanku, dan menyayangiku dalam segala kondisi, seperti mama.

Renunganku terbuyar setelah sebuah benda tumpul menghantam ku. Setengah sadar, ternyata sedikit hartaku digerayap tangan-tangan durjana. 

catatan untuk ayah,,
Tiba-tiba semua menjadi gelap. Terangnya sinar bulan dengan mengikrarkan mimpi di bawah bintang. Inikah yang namanya takdir? Diantara banyaknya bintang jatuh,   hanya satu harapanku,,

“Semoga Ayahku menyayangiku, bahkan setelah kematianku”. Ameen.




~Siapapun yang telah membaca kisah ini,,
Tolong sampaikan pesan yang belum tersampaikan ini,
Kepada ayahku terkasih
Yogyakarta, 22 september 2012.
~Ishaan Awasthi...~


Dan saya yakin, 
akan ada sebuah kemudahan di balik kesusahan, 
Ya, saya yakin itu...
sekian selamat siang...

 

2 komentar:

  1. The article is very beneficial, may be useful to the society or the self who wrote the the article.

    BalasHapus
  2. yay. thanks. but this is not article, i think. this is story.. :) but, once again: thanks :)

    BalasHapus

 
Cerita Anak Petir Blogger Template by Ipietoon Blogger Template