Mengikrarkan mimpi di bawah bintang.
Inikah
yang namanya takdir,,?
Diantara
banyaknya bintang jatuh,
Hanya satu harapanku,,
“Semoga Ayah menyayangiku -”
kisah ini saya persembahkan untuk seorang yang berarti dalam hidup saya.
YR. I Love You. so much, and i really really do.
***
~Keluarga adalah tempat
aku berlindung, dimana aku menjadi lebih kuat, berarti dan bernilai. Tapi
keluargaku? Terkadang aku merasa hidupku seperti seorang yatim, meski aku
masih mempunyai kedua orang tua. Kasih sayang seorang ayah tak pernah menyentuhku.
Bukan hati ku yang membatu, tapi ,, ah, - lupakan.
Namaku Ishaan Awasthi. Aku tinggal di
kompleks Perumahan Wisma Asri. Aku memiliki sesosok mama laksana seorang malaikat.
Aku adalah seorang sulung, dengan 4 orang adik. Mamaku sebagai house wife,
sementara ayahku seorang kepala proyek sebuah perusahaan.
Aku
seorang mahasiswa semester awal di sebuah universitas swasta. Sebut saja
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Aku mengambil jurusan teknik yang
merupakan perintah ayahku. Sebenarnya hati kecilku lebih berpihak untuk
mengambil kedokteran. Tapi kau tau? Ayahku akan mengamuk bukan main jika
kehendaknya tidak terpenuhi.
***
Sejak
kecil, ketika aku melihat teman-teman ku bersama ayah mereka masing-masing, aku
selalu merasa iri.
Ketika
ayah lain selalu memberi uang jajan kepada anak mereka, ayahku hanya akan
menyuruhku untuk membawa bekal masakan mama.
Ketika
ayah lain menyisakan waktu luangnya diantara sibuknya pekerjaan untuk sekadar
berbagi kasih dengan anak mereka, ayahku tetap selalu berkutat dengan
pekerjaanya hingga larut bahkan sering tak pulang rumah. Tak jarang jika kami
sering tak bertegur sapa.
Ketika
ayah lain memberi hadiah untuk anak-anaknya saat si anak berulang- tahun,
ayahku hanya akan memberi ucapan bisu, bahkan tak mendoakan ku sama sekali.
Atau mungkin dia tidak pernah menyadari kapan anaknya dilahirkan ke bumi.
Jangan heran, ayahku pun tak menemani mama ketika aku belum terlalu –bahkan
tidak, siap merangkai perjalanan hidup. Ayahkku memang brengsek!
Ketika
aku mulai mengerti dan merasa bahwa ayahku tak pernah menyayangiku, tak pernah
peduli padaku, bahkan tak pernah hadir dalam hidupku, mamaku lah yang selalu
mengulurkan bahunya ketika aku terjatuh . Bahunya kecil, tapi aku bisa menangis
disana. Semuanya akan terasa mudah dan baik-baik saja.
Meskipun
sebenarnya mamaku juga sedang menahan rapuh yang terpendam. Aku juga belum bisa
untuk menjadi kuat seperti mamaku. Mama benar-benar seperti malaikat kiriman
Tuhan yang dikirim khusus untukku. Kadang aku heran, mengapa ayahku menyia-nyiakan
seorang mama setulus dia? Ayahku b... –lupakan.
|
aku merindukan kasih mu, ayah.. |
Aku
tidak bodoh. Bahkan aku selalu mendapat nilai tinggi untuk semua pelajaran.
Tapi ayah selalu memarahiku. Dia ingin agar aku mendapat nilai lebih tinggi.
Betapa tak bersyukurnya ayah. Dia tidak pernah tahu, guru wali kelasku selalu
pelit untuk memberikan nilai kepada anak didiknya.
Pernah
aku menjuarai Olimpiade Sains tingkat nasional. Tapi, lihat ayah. Ayahku saja
tak memujiku. Bahkan dia benar-benar tak menghargai bakatku. Ayahku hanya akan
memasang tampang geram melihat anaknya tak benar-benar berbakat dalam bidang
teknik. Ayahku memang selalu memaksakan kehendak.
Saat
aku SMP dulu, aku salah naik bus, hingga aku tersesat. Aku ketakutan. Aku
menelpon ayah dari telpon umum. Tapi ayah bilang dia terlalu sibuk untuk
bicara. Aku takut sekali karena tersesat. Aku sampai dirumah sudah larut malam.
Ayahku memukulku tanpa bertanya terlebih dulu. Untung ada mama yang membelaku.
Tak heran jika mama juga kena amukan ayah.
Taukah
teman? Saat aku benar-benar masuk Universitas tersebut – sebenarnya aku sudah diterima di UI
melalui jalur PMDK, ayah hanya memberiku uang untuk biaya masuk satu semester.
Dia tidak tahu kalau aku juga membutuhkan uang untuk praktek-praktek yang juga
membutuhkan biaya yang tak sedikit pula. Untuk biaya fotocopy yang bejibun.
Uang pulsa, angkutan umum.
~ Yah
angkutan umum. Ayahku tidak akan pernah mengizinkanku memakai motornya. Meski
pun sedang menganggur tak terpakai. Padahal dirumah ada 4 motor tak digunakan.
Pernah aku diberi izin untuk memakai motornya. Itu pun untuk menjemput adikku
yang nomor 5 (Dewa Hanana) pulang sekolah. Saat itulah nyawaku hampir melayang.
Aku hampir terserempet truk ugal-ugalan. Untung motor pinjaman dari ayah tidak
lecet parah.
Sampai
ku dirumah, ayahku marah bukan main melihat motornya sedikit lecet. Aku pernah 4 kali hampir mati gara-gara motor pinjaman
dari ayah -mungkin karena faktor tidak ikhlas. Ayahku tak pernah memikirkan nyawa
anaknya. Yang penting motornya tidak lecet. Itu saja.
Kembali
pada uang ku yang sangat terbatas. Tak mungkin aku meminta uang saku pada mama
yang berprofesi sebagai house wife. Hingga aku harus menggunakan otak dagangku
di kampus. Bayangkan saja, aku harus berjualan pulsa, mengerjakan tugas teman,
bahkan berjualan nasi uduk pun aku lakukan. Pernah aku hanya mendapat untung
Rp. 2000 perak seharian penuh. Tak ada jalan lain aku tak akan lulus skripsi
jika tidak melakukan bisnis ini. Atau mungkin aku sudah kena DO dari awal. Hal
tersebut sangat mengganggu studyku.
Taukah
teman? Tekanan akan rasa malu dan minderku didepan teman-teman selalu saja mencuat, saat aku
berjualan nasi uduk buatan mama di kampus. Bayangkan saja. Dibalik tajirnya
teman-temanku, disana ada kontrasnya sesosok Ishaan Awasthi penjual nasi uduk
anak seorang kepala proyek.
Sering aku ditraktirkan oleh teman-teman ku di
kantin, -karena tajirnya teman-temanku pula. Hingga mereka memintaku untuk
gantian mentraktir, dengan alasan ayahku yang seorang kepala proyek dengan gaji
pokok yang tak sedikit. Hmm.. aku harus menolaknya dengan berbagai alasan
rumit. Padahal, aku saja harus menahan bebanku sendirian, mana mungkin aku
menghamburkan uang dengan mentraktir mereka? Tak banyak hal yang kulakukan
selama masa kuliahku.
***
|
dan aku benar-benar mencintai ayah... andai dia tau, |
Alhamdulillah,
setelah studyku selama + 4 tahun, Allah memudahkanku, skripsiku tuntas
dalam waktu 1 bulan. Bahkan aku mendapat kategori A. Ini pun berkat dukungan
mama pula. Tak hanya itu, aku juga memperoleh IP 3,8. Ayahku hanya akan menutup
mata. Pura-pura tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
Aku
pun langsung ditawari pekerjaan di sebuah perusahaan bank swasta sebagai
costumer service. Meski belum menjadi pegawai tetap, aku sudah termasuk
beruntung. Tapi, lihat ayahku. Dia tak akan pernah rela anaknya masuk ke bank
itu. Maklum, gajinya tidak terlampau banyak. Dia hanya berpikir agar aku segera
mendapat gaji banyak dan membiayai sekolah adik-adikku serta menghidupi
keluargaku.
Dia
hanya menutup mata melihat anak-anaknya terlampau kurus. Tak layak di
kategorikan sehat. Bahkan, lihat dia. Hp nya saja lebih dari selusin. Dasar
pemboros! Hatiku terlalu capai melihat tingkah lakunya yang tak wajar. Bahkan
mama hanya diam –mungkin takut. Begitu pula aku. Aku bingung bagaimana cara membuat
ayahku agar bahagia.
Suatu
hari ketika aku berangkat ke kantor untuk melaksanakan tugas seperti biasa,
tiba-tiba bos memecatku tanpa alasan. Aku hanya menelan ludah. Bahkan tanpa
uang pesangon. Bayangkan saja, peluhku selama 26 hari berakhir sia-sia.
Sempat
aku bersu’udzon kepada ayah. Bagaimana tidak? Ayahku saja tak
mendukungku bekerja disana. Untung saja hobi on line ku begitu membantu. Allah
kembali memudahkan jalan hidupku. Aku mendapat job sebuah perusahaan jaringan
gsm sebagai operator. Tak heran jika aku sering pulang larut bahkan dini hari,
agar jaringan tersebut selalu on.
***
|
andaikan ayah tau,,, |
Pernah
saat aku pulang terlalu larut, sehingga harus menunggu bis di halte sendirian.
Saat itu waktu menunjukkan pukul 00:15. Mustahil pada waktu seperti ini masih
ada bis berkeliaran. Berfikir untuk menelpon taxi saran dari kekasihku, aku tak
punya banyak uang untuk membayarnya. Lalu aku menyuruh Yohan–adik ke 2 ku,
untuk menjemput ke halte. Adikku saja tak peduli pada kakaknya. Pada
teman-temannya saja dijabanin, apalagi kalau ada cewe. Tak mungkin pula aku
menyuruh ayahku yang seorang ogois macam dia. Dia pasti akan menutup
pendengarannya.
Manusia
di dunia ini sampah semua. Mereka akan baik jika ada maunya saja. Buktinya,
setelah aku terjatuh begitu dalam seperti ini, tak ada seorang pun yang mau peduli padaku. Bahkan
perkataanku saja hanya dianggap seperti lolongan anjing. Busuk mereka!
|
ake benar benar mau ayah, |
Andaikan
aku memiliki ayah tak sebrengsek ayahku, mungkin aku tidak akan sesulit ini menjalani
hidup. Kembali, ayahku saja tak pernah hadir dalam kehidupan anak-anaknya.
Bahkan pada kehidupan mama, istrinya saja tak pernah ada. Mungkin dia punya
banyak simpanan. Tak heran, dia lelaki dengan harta melimpah. Begitu kontras
dengan kehidupan ku. Dia saja tak peduli bagaimana keadaan keluarganya.
Di
dunia ini yang menyayangiku dengan tulus hanya mama dan kekasihku. Tak pernah
ada raut pamrih pada guratan wajahnya. Hidupku hanya untuk mereka. Ayahku? Masa
bodo! Dia saja tak mengenali anaknya.
Tuhan,
andaikan aku boleh memohon, limpahkanlah berkah cintamu kepada keluargaku,
sehingga tak ada tersisa tempat untuk rasa benci pada hati kami. Tuhan, berikan
yang terbaik kepada mama. Dia adalah malaikat dengan hati yang begitu lembut.
Tuhan, andai aku bisa kembali, aku berharap hal yang terjadi padaku ini tidak
terjadi pada orang- lain. Biarkan yang mempunyai ayah seperti ayahku hanya aku
saja. Agar mereka tak merasakan pahit dan sulitnya hidup seperti jalan hidup
yang harus ku lalui. Tuhan, peluk aku sebentar saja, aku lelah.
Aku
berandai-andai. Andaikan ayahku akan melakukan seperti yang mama lakukan.
Mendoakanku sepanjang waktu, memaafkanku meskipun aku berkali-kali
mengecewakannya, menerimaku dalam seburuk apapun keadaanku, dan menyayangiku
dalam segala kondisi, seperti mama.
Renunganku
terbuyar setelah sebuah benda tumpul menghantam ku. Setengah sadar,
ternyata sedikit hartaku digerayap tangan-tangan durjana.
|
catatan untuk ayah,, |
Tiba-tiba semua menjadi gelap. Terangnya sinar bulan dengan mengikrarkan
mimpi di bawah bintang. Inikah yang namanya takdir? Diantara banyaknya bintang
jatuh, hanya satu
harapanku,,
“Semoga Ayahku menyayangiku, bahkan setelah
kematianku”. Ameen.
~Siapapun yang telah
membaca kisah ini,,
Tolong sampaikan pesan
yang belum tersampaikan ini,
Kepada ayahku terkasih
Yogyakarta, 22
september 2012.
~Ishaan Awasthi...~
Dan saya yakin,
akan ada sebuah kemudahan di balik kesusahan,
Ya, saya yakin itu...
sekian selamat siang...